Rabu, 28 Juni 2017

PELAJAR YANG TIDAK BIASA

Pelajar yang tidak biasa (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Dahulu istilah ketidakmampuan dan cacat dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.


Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disable children” (anak cacat). Tujuannya adalah memberi penekanan pada anakanya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari sesorang yang tidak memiliki kemampuan. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut: Gangguan organ indra (sensory) mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendegaran. Gangguan fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak, dan gangguan kejang-kejang. Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan ( biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan bicara) dan problem bahasa (seperti kesulitan menerima informasi dan mengekspresikan bahasa). Ketidakmampuan belajar adalah ketidakmampuan dimana anak (1) punya intelegensi normal atau di atas rata-rata; (2) kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran; dan (3) tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain: (1) kurang perhatian, (2) hiperaktif; dan (3) impulsif. Gangguan perilaku dan emosional terdiri dari problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan , agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.


Penempatan & Pelayanan
Penempatan anak dengan ketidakmampuan ini disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai yang paling restriktif.
-  Kelas reguler dengan dukungan pengajaran tambahan dikelas reguler
- Sebagian waktu dihabiskan diruang sumber daya
- Penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus
- Sekolah khusus
- Instruksi rumah
- Instruksi di rumah sakit atau institusi lain.

Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh: Guru kelas reguler dengan meningkatnya inklusi, guru kelas reguler bertanggung jawab memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar ketimbang di masa lalu. Guru sumber daya dapat meberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang mengalami ketidakmampuan belajar. Guru pendidikan khusus beberapa guru telah memperoleh pelatiahan ekstensif dalam pendidikan khusus dan mengajar anak penderita ketidakmampuan dalam “kelas pendidikan khusus” yang terpisah. Beberapa anak menghabiskan sebagian waktu dengan guru pendidikan khusus dan sebagian di kelas umum. Akan tetapi guru berpendidikan khusus biasanya mengemban tanggung jawab lebih besar atau anak ketimbang guru sumber daya , yang biasanya membantu guru di kelas umum. Pelayanan terkait selain guru kelas reguler, guru sumber daya dan guru pendidikan khusus ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang meberikan pelayanan pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif orang dengan berbagai keahlian akan berinteraksi untuk meberikan pelayan bagi anak. Para periset telah menemukan bahwa konsultasi kolaboratif sering kali menguntungkan anak dan meningkatkan keahlian dan sikap mereka terhadap guru.
PENGELOLAAN KELAS

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif , pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosial. Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid. Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah pada mode permisif. Penekanan pada perhatian dan regulasi diri murid bukan berarti guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kelas.

Tujuan dan strategi Manajemen
Manajemen kelas yang efektif punya dua tujuan:
-  Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak dioreintasikan pada tujuan. Carol Weinstein (1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia untuk berbagai aktivitas kelas di sekolah menengah yang biasanya rata-rata 42 menit. Waktu belajar tahunan biasanya sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah dari waktu yang diwajibkan. Meskipun angka ini hanya perkiraan, angka-angka itu menunjukkan bahwa jam yang tersedia untuk pembelajaran kurang dari yang seharusnya.
- Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang. Kelas yang dikelola dengan baik akan memberikan aktivitas di mana murid menjadi terserap ke dalamnya dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Sebaliknya, dalam kelas yang dikelola dengan buruk, problem emosional dan akademik akan lebih mudah muncul. Murid yang tidak termotivasi secara akademik akan menjadi makin tak termotivasi. Murid yang pemalu akan menjadi reklusif. Anak bandel akan makin kurang ajar.

Prinsip Penataan Kelas:

- Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi penyimapanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan pastikan mudah diakses.
- Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, Anda harus bisa melihat semua murid. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja anda, lokasi intruksional, meja murid, dan semua murid. Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
- Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan meminimilkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
- Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di mana Anda dan murid Anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.

Gaya Penataan:
-Gaya auditorum tradisional, semua murid duduk mengahadap guru.
-Gaya tatap muka, murid saling mengahdap 
-Gaya off-set, sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. 
-Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
-Gaya klaster, sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.
PENDAGOGI DAN ANDRAGOGI

Andragogi

Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain 
pelatihan seperti berikut ini:

-Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan misalnya, perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
-Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
-Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
-Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat.

Asumsi-asumsi Knowles bagi pembelajaran orang dewasa:

-Kebutuhan untuk tahu. Peserta didik atau pelajar dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum melakukan untuk mempelajarinya.
-Konsep diri. Peserta didik atau pelajar dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri dan harus diperlakukan sebagai diri pribadi yang mampu menentukan arah dirinya.
-Peran pengalaman belajar. Peserta didik atau pelajar dewasa memiliki berbagai pengalaman hidup yang merupakan sumber terkaya baginya untuk belajar. Namun demikian, pengalaman ini diilhami dengan bias dan prasangka.
-Kesiapan untuk belajar. Peserta ddik atau pelajar dewasa siap untuk belajar hal-hal yang perlu mereka ketahui agar dapat mengatasi secara efektif situasi kehidupannya.
-Orientasi belajar. Peserta didik atau orang dewasa termotivasi untuk belajar apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari akan membantu mereka menjalankan tugas-tugas yang dihadapinya sesuai dengan situasi kehidupan mereka.

Andragogi awalnya didefenisikan sebagai “seni dan ilmu” untuk membantu orang dewasa belajar. Belakangan ini istilah andragogi cenderung didefenisikan sebagai sebuah alternatif untuk pendagogi yang fokusnya mengacu pada pendidikan bagi siswa atau peserta didik dari segala usia. Dari sini jelas, kedewasaan seseoranglah yang menjadi fokus pendekatan, bukan dewasa dalam makna usia atau kategori rentang umur. Model andragogis menegaskan lima isu akan dipertimbangkan dan dibahas dalam pembelajaran formal.

Lima isu itu adalah:

-Memberikan kesempatan kepada peserta didik tahu mengapa ada sesuatu yang penting untuk dipelajari
-Menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi yang tersedia
-Topik kegiatan belajar terkait pengalaman peserta didik.
-Manusia tidak akan belajar sampai mereka siap dan termotivasi untuk belajar.
-Diperlukan upaya membantu mereka mengatasi hambatan, perilaku, dan keyakinan tentang belajar.

Sayangnya, andragogi biasanya dikutip dalam teks-teks pendidikan sebagai cara orang dewasa belajar. 

Pendagogi

Pedagogi adalah ilmu ataupun seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran, dan edagogi juga terkadang merujuk kepada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates.Pendagogi diartikan dengan ilmu pendidikan yang lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan, Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak dan mendidik anak.

Pendagogi berarti pendidikan yang menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pendagogi merupakan teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan. Pendagogi merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing  anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.

Karakteristik Pembelajar Dewasa:

-Memiliki maksud yang teridentifikasi.
-Memilki pengalaman sebelumnya, baik positif maupun negtatif, dengan pendidikan diselenggarakan.
-Ingin segera mengambil manfaat dari hasil belajarnya.
-Memiliki konsep-diri secara satu-arah.
-Membawa dirinya dengan reservoir pengalaman.
-Membawa keraguan dan ketakutan yang luas bagi proses pendidikan.
-Sangat kuat pada ketahan perubahan.
-Biasanya diatur.
-Memiliki tujuan yang dewasa.
-Masalah pelajar dewasa yang berbeda dari masalah anak-anak.
-Memiliki sebuah keluarga Mapan.
-Waktu rekasi pembelajar orang dewasa sering lambat.


Senin, 10 April 2017

TUGAS KELOMPOK PENDIDIKAN (KELOMPOK 5)

Kelompok 5:
Narulita Desi Basaria (16-177) (http://narulitadesi.blogspot.com)
Prima Nikita (16-181) (http://primanikita16181.blogspot.com)
Esther Pasaribu (16-183) (http://estherpsrb16183.blogspot.com)
Ruth Shinta B. T. (16-192) (http://esdungdungkacanghijau.blogspot.com)
Winika Deliana Sitompul (16-193) (http://foodienyummy.blogspot.com)
Dwifarilan Filadelfia (16-213) (http://stalkingwhi.blogspot.com)
Ruthwany V. C Hutagaol (16-215) (http://pizzazzandhappiness.blogspot.com)
Wina Audina (16-230) (http://bangtanstrash.blogspot.com)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN

Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam kehidupan kita.Pendidikan dikatakan berlangsung seumur hidup dan itulah yang menuntut kita untuk melalui pendidikan. Melalui pendidikan ini, kita di tuntun untuk menjalani proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.

Masa middle dan late childhood ( usia 16-12 tahun) disinilah masa pendidikan sekolah dasar dimulai. Pendidikan sekolah dasar ini merupakan awal sangat penting. Tingkat ini merupakan tingkat awal yang akan membentuk kita untuk siap masuk kepada transisi pendidikan selanjutnya. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu Pendekatan Behavioral dan Pendekatan Kognitif Sosial.

1.     Landasan Teori

A.    Pendekatan Pembelajaran

Terdapat dua pendekatan untuk pembelajaran yang kami jadikan landasan teori, yaitu Pendekatan Behavioral dan Pendekatan Kognitif Sosial. Behaviorisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran ini terbagi menjadi dua, yaitu : Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) dan Pengkondisian Operan (Operant Conditioning). Pengkondisian klasik dan operan menekankan pada pembelajaran asosiatif (associative learning). Pengkondisian klasik itu sendiri merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan untuk mengeluarkan respons yang serupa, sedangkan pengkondisian operan merupakan bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan pada kemungkinan perilaku yang akan diulangi. Hukum efek (law effect) Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Sedangkan pengkondisian operan, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner (1938).

Teori Kognitif Sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran.Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Proses pembelajaran yang berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan pembelajaran observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga disebut imitasi atau modelling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.

B.    Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula, terdapat 4 perspektif, yaitu : Behavioral, humanistis, kognitif dan sosial.

1.     Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran,  dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.

2.     Perspektif Humanistis
Perspektif Humaniatis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut
*  Fisiologis : lapar, haus, tidur.
*  Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
*  Cinta dan rasa memiliki : keamanan (safety), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
*  Harga diri : menghargai diri sendiri.
*  Aktualisasi diri : realisasi potensi diri.

3.     Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif,  pemikiran murid akan memandu motivasi mereka.  Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif.  Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan,  terutama perspesi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi),  dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.

4.     Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,  keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.

Bentuk motivasi ada dua yaitu : Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang ada mata pelajaran yang diujikan itu. Sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan), motivasi ini sering juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment dan reward.
Carol Dweck dan rekannya (Dweck, 2002., Henderson dan Dweck, 1990., Dweck dan Leggett, 1988) telah menemukan bahwa anak menunjukkan dua respon yang berbeda terhadap tantangan atau situasi yang sulit, yaitu : orientasi untuk menguasai (mastery orientation), orientasi tak berdaya (helpless orientation). Anak dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan mereka, punya sikap positif dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan anak dengan orientasi tak berdaya berfokus pada ketidakmampuan pada personal mereka, seringkali mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif (termasuk kejemuan dan kecemasan).

C.    Teori Vygotsky

Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu ayng lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara eksternal menjadi internal.
Pada dasarnya, teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajran siswa.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potential development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri.
Scaffoldingialah perubahan tingkat dukungan.Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.

D.    Perkembangan pada Anak

Mulai anak umur 6 tahun, anak sudah matang untuk masuk sekolah. Masa anak sekolah adalah usia 6-12 tahun, pada masa ini anak memasuki masa belajar didalam dan diluar sekolah.
            Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan (reinforcement) verbal keteladanan dan identifikasi (Ahmadi, 2005: 70):
a.      Perkembangan Intelektual
Anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitifnya.
b.     Perkembangan Bahasa
Usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai pembendaharaan bahasa (Vocabulary).
c.      Perkembangan Sosial
Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri (egosentris) kepada yang kooperatif (bekerja sama) atau sosientris (mau memperhatikan kepentingan orang lain sehingga diterima menjadi anggota kelompok).
d.     Emosi
Anak mulai sadar bahwa pengungkapan kata-kata kasar tidak diterima di masyarakat.Jadi, dia mulai belajar untuk mengkontrol emosinya dalam bergaul.
e.      Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar dan salah atau baik buruk) pertama kali dalam diri keluarga.
f.      Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Usia SD merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagau kelanjutan dari periode sebelumnya. Kualitas keagamaan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikanyang diterimanya.
g.     Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik anak SD sudah dapat terkoordinasi dengan baik.Hal ini ditandai dengan kelebihan gerak aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan amsa ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Contohnya: menggambar, melukir, mengetik(computer), dll (Yusuf,2005:56)

E.    Pendidikan pada Anak

Psikologi pendidikan anak berbeda-beda disetiap tahap usia. Psikologi pendidikan anak usia SD tentu saja berbeda dengan psikologi pendidikan anak usia dini ataupun anak-anak pada jenjang pendidikan diatas sekolah dasar. Untuk memahami psikologi pendidikan anak usia sekolah dasar dapat mulai dengan memahami karakteristik anak yang duduk di jenjang pendidikan dasar ini.
Berikut ini adalah karakteristik yang umu dimili anak usia SD, yaitu:
a.      Senang bergerak
Berbeda dengan orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, anak anak usia SD lebih senang bergerak. Anak-anak usia ini dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit.
b.     Senang bermain
Dunia anak memang dunia bermain yang penuh kegembiraan, demikian juga dengan anak-anak usia sekolah dasar, mereka masih sangat senang bermain. Apalagi anak-anak SD kelas rendah.
c.      Senang melakukan sesuatu secara langsung
Anak-anak usia SD akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru jika ia dapat mempraktikkan sendiri secara langsung pelajaran tersebut.

d.     Senang bekerja dalam kelompok
Pada usia SD, anak-anak mulai intens bersosialisasi. Pergaulan dengan kelompok sebaya, akan membuat anak usia SD bias belajar banyak hal, misalnya setia kawa, bekerja sama, dan bersaing secara sehat.

2.     LAPORAN OBSERVASI

A.    Alat dan Bahan

·      Buku Tulis
·      Alat Tulis
·      Kamera
·      Handphone


B.    Analisa Data
Data diperoleh secara langsung pada lembaga pendidikan sekolah yang telah ditentukan pada saat awal penelitian. Data yang telah diperoleh tersebut akan diolah sesuai dengan teori pembelajran observasional.
Metode yang akan kami gunakan untuk memperoleh data ialah sebagai berikut:

a.      Observasi
Untuk mendapat data pada saat penelitian, kami menggunakan metode observasi secara langsung yaitu dengan mendatangi sekolah Methodist-an Pancur Batu untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran siswa/i kelas 4 dan kelas 5 serta proses pengajaran gutu SD Methodist-an Pancur Batumulai dari awal proses pembelajaran disekolah hingga berakhirnya proses pembelajaran. Dan kami berfokus pada manajemen kelas.

b.     Wawancara
Kami dari setiap perwakilan kelas melakukan pengambilan sampel dengan cara memilih secara random untuk diwawancara tentang pemahaman mereka atas materi yang disampaikan oleh gurunya.

C.    Identitas Sekolah
Nama sekolah       : SD Methodist-an Pancur Batu
Alamat sekolah      :Jl.Letjen Jamin Ginting No.36,BARU,Kec.PancurBatu,    Kab.Deli Serdang Prop. Sumatera Utara.

Uraian Aktivitas Observasi
Hari Pelaksanaan        : Sabtu,
Waktu Pelaksanaan    : 12.00 – 15.00
Pembagian Tugas       : Setiap anggota mengamati perilaku siswa dan guru
Objek Observasi
Objek yang menjadi observasi dalam tugas ini adalah beberapa siswa/I dari kelas 4 dan kelas 5 Sekolah Mehodist-an Pancar Batu.

BAB II
SISTEMATIS PENELITIAN

2.1 PELAKSANAAN
Sekolah yang menjadi tempat pengambilan data kami adalah Sekolah SD Mehodist-an Pancar Batu yang bertempat di Jl. Jamin Ginting, No 36, Pancurbatu, Baru, Deli Serdang, Sumbul, Sinembah Tj. Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20353. Berikut adalah susunan pelaksanaan kegiatan kami:

No.
Kegiatan
Tanggal
1.
Permohonan surat izin dari fakultas
11 Maret 2017
2.
Diskusi pemilihan objek penelitian (manajemen kelas)
11 Maret 2017
3.
Diskusi perencanaan observasi
11 Maret 2017
4.
Meminta izin dan memperoleh izin dari Sekolah SD Mehodist-an Pancar Batu
12 Maret 2017
5.
Observasi
18 Maret 2017
6.
Pengolahan data
4 April 2017
7.
Diskusi kelompok
7 April 2017
8.
Posting blog
11 April 2017

BAB III
LAPORAN DAN EVALUASI DATA
3.1  LAPORAN

3.1.1 Sistematika Observasi
            Kami melakukan kegiatan observasi pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 di sekolah SD Methodist-Antiokhia Pancur Batu. Sampel yang akan kami teliti ada 4 kelas dan berasal dari 2 tingkatan yang berbeda. Kelas yang kami obervasi adalah kelas IV Kaleb, IV Musa, V Musa, dan V Daniel. Para siswa masuk pukul 12.30 WIB, namun mereka tidak langsung memulai pelajaran mereka. Mereka melakukan ibadah selama setengah jam. Baru pada pukul 13.00 WIB proses belajar mengajar dimulai. Observasi kami lakukan kurang lebih selama 120 menit. Ditengah-tengah observasi kami mengambil sampel secara random untuk diwawancara mengenai pemahamannya atas materi yang diberikan oleh guru mereka.
Berikut adalah hasil observasi dari masing-masing kelas :

a)     Kelas IV Kaleb
ü  Jumlah siswa pada kelas tersebut ada 39 orang dimana posisi duduk mereka dibagi menjadi 8 kelompok kecil sehingga dalam satu kelompok kurang lebih berisi 5 anak.
ü  Gaya penataan bangku adalah perpaduan antara klaster dan tatap muka.
ü  Sebelum mereka memulai pelajaran tidak lupa mereka memberi salam kepada guru lalu beribadah. Di sela-sela waktu ibadah, suasana kelas masih kondusif. Lalu salah seorang siswa maju kedepan untuk memberikan pertanyaan seputar topik ibadah mereka. Bagi siswa yang bisa menjawab akan disuruh untuk maju kedepan kelas lalu akan diberikan reward berupa permen.
ü  Metode pengajaran di kelas ini adalah Teacher Oriented dimana guru  yang berpegang penuh dalam pemberian materi.
ü  Proses belajar mengajar dimulai setelah ibadah selesai. Sebelum guru memberikan materi, guru meminta murid untuk mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu.
ü  Ditengah-tengah proses belajar mengajar ada sedikit masalah dimana ada dua siswa yang bertengkar, namun guru tersebut masih bisa mengendalikan keadaan tersebut.
ü  Pada saat guru memberikan materi keadaan kelas mulai tidak kondusif karena perlahan-lahan anak-anak tersebut fokus pada kesibukannya masing-masing namun masih dapat dikendalikan oleh guru. Namun saat sudah ditengah pelajaran para murid sudah mulai bosan sehingga mereka sudah mulai gelisah dan membuat kebisingan yang membuat guru sedikit bingung untuk mengendalikan kelas. Akhirnya guru tersebut berinisiatif untuk menyuruh para murid mengerjakan latihan. Lalu sebelum kelas berakhir, guru mengambil kesempatan untuk bermain games yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan agar para murid tidak bosan.
ü  Kami mengambil sampel sebanyak 10 orang untuk diwawancara seputar materi yang diajarkan oleh guru tersebut dan mereka menyatakan bahwa mereka memahaminya.
ü  Keadaan kelas sedikit gelap dan panas. Mungkin itu bisa menjadi faktor mengapa anak murid menjadi gelisah ditengah-tengah pelajaran karena kondisi kelas yang tidak nyaman. Namun kelas tersebut bersih dan tidak ada sampah yang menyebabkan terganggunya proses belajar mengajar dikelas tersebut.
ü  Keadaan diluar kelas lumayan kondusif sehingga tidak mengganggu kelas yang kami observasi.

b)     Kelas IV Musa
ü  Sama seperti kelas IV Kaleb sebelum memulai pelajaran mereka melakukan ibadah dan juga ada sesi pertanyaan seputar materi ibadah. Dan bagi siapa yang bisa menjawab akan diberikan reward.
ü  Dalam proses belajar, guru memberi instruksi kepada siswa untuk membuka buku.
ü  Metode pembelajaran dikelas ini adalah Teacher Oriented karena guru yang berpegang penuh dalam pemberian materi.
ü  Saat menyampaikan materi sesekali guru tersebut mengajukan pertanyaan kepada murid baik itu dengan menunjuk siswa, ataupun menanyakan kepada seluruh siswa.
ü  Siswa dikelas ini cukup aktif namun itu membuat keadaan kelas menjadi kurang kondusif.
ü  Saat proses belajar mengajar berlangsung, guru dan murid juga membahas PR siswa pada minggu sebelumnya. Lalu guru juga memberikan tugas kepada siswa untuk menguraikan materi yang sudah mereka bahas tadi. Dan tidak lupa memberi kuis singkat. Namun ada juga beberapa siswa yang belum sempat menyelesaikan tugas dan tidak dapat pertanyaan dari gurunya.
ü  Kami mengambil sampel sebanyak 4 orang dari kelas ini. Sebagian besar dari mereka sudah bisa memahami materi yang diberikan oleh guru mereka.

c)     Kelas V Yesaya
ü  Kelas tetap dimulai dengan ibadah terlebih dahulu.
ü  Di kelas tersebut sedang berlangsung kelas praktek bahasa inggris.
ü  Gaya penataan kelas berkelompok (Klaster)
ü  Siswa dikelas tersebut berinteraksi dengan guru dengan baik.
ü  Guru memberlakukan sistem point, dimana point tersebut mempengaruhi nilai.
ü  Diterapkann juga sistem less point yaitu mengurangi point apabila murid berbuat perlakuan negatif seperti ribut, ataupun mengganggu murid lain.
ü  Diterapkan sistem add point bagi siswa yang sudah melakukan hal yang baik seperti berpakaian rapi, tidak berisik, atau melakukan hal terpuji seperti memimpin doa.
ü  Interaksi antar guru dan siswa sangat kompak. Tidak ada rasa canggung.
ü  Guru mempraktekan dan mengajarkan cara membuat es coklat dengan baik dan ditiru murid dengan baik pula.
ü  Kelas ditutup dengan doa.

d)     Kelas V Daniel
ü  Kelas tetap dimulai dengan ibadah terlebih dahulu.
ü  Gaya penataan kelas adalah tatap muka karena setiap  meja berhadapan dan dikelompokkan.
ü  Situasi kelas bersih namun agak sedikit ribut karena para murid yang aktif dan juga berdekatan dengan kelas lain sehingga suara dari kelas lain dapat terdengar ke kelas tersebut. Para siswa juga banyak yang sibuk denga kegiatan masing-masing sehingga bisa dinyatakan bahwa keadaan kelas sangat tidak kondusif.
ü  Guru menerapkan sistem reward dan punishment dalam pengumpulan tugas. Guru juga menyuruh siswa yang tidak mengerjakan tugas untuk maju kedepan dan guru bertanya pada mereka apa alasan mereka tidak mengerjakan tugas.
ü  Terjadi interaksi yang kurang baik antara guru dan murid. Dapat dilihat dari banyaknya murid mengajukan pertanyaan langsung kepada guru karena antusias dengan materi yang disampaikan. Tetapi guru dikelas tersebut tidak terlalu peduli dengan keadaan kelas yang tenang atau tidak, guru tersebut hanya fokus pada penyampaian materi.
ü  Guru juga memberikan kesempatan kepada murid untuk menjelaskan materi kepada temannya.
ü  Pada saat proses pembelajaran terjadi, guru memberikan tugas kepada murid setelah materi diajarkan. Guru juga tetap mengontrol pekerjaan murid dikelas tersebut.

3.2  EVALUASI DATA

SD Methodist-An Pancur Batu yang kami observasi memiliki manajemen kelas yang cukup baik. Dimana tata ruang kelas yang baik, lingkungan sekolah dan ruangan kelas yang bersih dan cukup memadai dan fasilitas yang baik. Tetapi, ada hal-hal yang kami pikir memerlukan perhatian. Seperti, guru masih kerap lemah dalam menguasai kelas. Hal ini berkaitan dengan adanya murid yang usil kepada murid lain dan juga murid yang berantam. Seharusnya murid tersebut diberikan hukuman agar memberikan efek jera kepadanya. Dan juga kelas yang terlalu rapat dan dinding bangunan yang tidak terlalu tebal menyebabkan keributan yang di timbulkan oleh sebuah kelas memberikan gangguan (suara bising) ke kelas lainnya.

3.3 TESTIMONI OBSERVASI

KELAS IV KALEB
1.     Narulita Desi (16-177)
Observasi ke sekolah adalah pengalaman yang baru untuk saya. Saya bisa berjumpa dengan orang-orang baru, saya dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan orang baru, dan mengajarkan kepada saya untuk membuat perencanaan yang baik ketika ingin melakukan sesuatu.
2.     Winika Deliana (16-193)
Menurut saya kelas yang saya masuki belum terlalu kondusif. Masih banyak siswa yang jalan-jalan kesana kemari dan guru belum bisa mengatur murid sepenuhnya. Bahkan saat siswa sudah diberi sanksi oleh guru mereka seperti tidak mempedulikannya. Tapi ketika saya tanya tentang pelajaran mereka cukup mengerti tentang materi yang diberikan guru mereka. Mereka juga semangat ketika guru mereka mengajak mereka bermain games ditengah-tengah proses belajar mengajar. 
Tapi secara keseluruhan saya sangat menikmati observasi tersebut. Karena saya bisa sekalian belajar bagaimana cara mengendalikan kelas dengan baik dan benar, bagaimana cara menghadapi siswa, dan bagaimana cara mengajar yang baik dan benar.

KELAS IV MUSA
3.     Wina Audina (16-230)
            Keadaan kelas yang saya masuki tidak terlalu kondusif, ada anak yang tidak mengerjakan tugas dan ada juga yang tidak membawa buku. Ada juga siswa yang memukul-mukul meja dan berjalan-jalan di kelas. Saat kelas sedang membahas pelajaran si guru menyuruh siswa untuk kondusif dan kembali ke masing-masing tempat ada yang mendengarkan tetapi ada juga yang tetap melanjutkan kegiatan nya. Kemudian guru nya memberikan tugas yang harus dikumpulkan hari itu juga, jika tidak selesai siswa tidak diperbolehkan menggunakan jam istirahat. Beberapa saat setelah guru tersebut memberikan tugas, para murid yang tadi tidak kondusif kembali ke tempat duduk nya masing-masing dan mengerjakan tugas. Sebelum pelajaran berakhir, saya melakukan sesi tanya jawab dengan 4 orang siswa mengenai pelajaran hari itu. Ada siswa yang mengerti dengan pelajaran tersebut dan ada juga yang tidak menegerti, terkhusus siswa yang tidak membawa buku pelajaran.
Setelah melakukan observasi saya mendapatkan pengalaman yang sangat bermanfaat dan saya juga menikmati kegiatan observasi yang kelompok saya lakukan.
4.     Dwifarilan Filadelfia S (16-213)
Melakukan observasi terjun langsung ke sekolah, ini adalah yang pertama kali bagi saya. Ini adalah pengalaman baru yang memberikan banyak pelajaran bagi sayaa. Saya tidak menyangka secepat ini saya melakukan observasi ke sekolah. Saya sangat senang melakukan observasi ini bersama-sama dengan kelompok sayaa. Mendapat banyak pelajaran , bisa menyesuaikan diri dengan anak-anak karena kebetulan kami ke sekolah dasar, dan berinteraksi dengan guru-guru di sekolah tersebut. Dan observasi ini sangat berguna mengasah daya analisa saya dimana saya berpedoman pada teori yang telah dipelajari di mata kuliah psikologi pendidikan. Terimakasih saya ucapkan kepada dosen-dosen pengampu yang telah memberikan saya banyak pelajaran dan memperoleh pengalaman baru.

KELAS V DANIEL
5.     Ruth Tampubolon (16-192)
Menurut saya tugas observasi ke sekolah sangat menyenangkan, karena saya banyak dapat pengalaman baru dan saya dapat berinteraksi dengan orang orqang baru juga. Terimakasih kepada dosen mata kuliah psikologi pendidikan yang sudah memberikan tugas ini.
6.     Prima Nikita (16-181)
Saya sangat berkesan dengan tugas observasi sekolah ini. Karna dari sini saya belajar banyak, tentang hal bagaimana saya bisa menempatkan diri saya kepada anak anak kecil dan ini menjadi pelajaran baik yang saya dapatkan di semester 2 di Psikologi.

KELAS V YESAYA
7.     Esther Pasaribu (16-183)
Saya sangat senang sekali bisa melakukan observasi di sd methodist-An Pancur Batu. Saya bisa mengetahui sistem pembelajaran dan tata ruang yang lebih bervariasi
8.     Ruthwany (16-215)
 Observasi yang saya lakukan sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi saya. Pada proses observasi yang kami lakukan banyak informasi atau pengetahuan yang saya dapatkan, saya dapat mengamati kegiatan belajar mengajar anak-anak, ada anak yanng kondusif juga ada anak yang tidak kondusif. Dan lebih banyak mengenal kegiatan apa saja yang mereka lakukan saat di sekolah.

3.4 DOKUMENTASI
                       







  


DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.




     
                                
       










 
       

Popular Posts

Like us on Facebook